Jumat, 08 April 2011

..PADI..

KASIH TAK SAMPAI 
 
 
intro : D D7 G C#dim
        Bm F#m E G A

D            D7
Indah... terasa indah
      G                   C#dim
Bila kita terbuai dalam alunan cinta
  Bm             F#m          E
Sedapat mungkin terciptakan rasa
 G                  A     A7
Keinginan saling memiliki

     D            D7
Namun bila...itu semua
         G                   C#dim
Dapat terwujud dalam satu ikatan cinta
    Bm        F#m                E
Tak semudah seperti yang pernah terbayang
   G                 A    A7
Menyatukan perasaan kita...


Reff
     D                    Daug
Tetaplah menjadi bintang di langit
     G                   A
Agar cinta kita akan abadi
    D                   Daug
Biarlah sinarmu tetap menyinari alam ini
   G                      A
Agar menjadi saksi cinta kita
    D  Daug   G   A
Berdua... berdua...

D                 D7
Sudah...terlambat sudah
      G             C#dim
Kini semua harus berakhir
    Bm           F#m          E
Mungkin inilah jalan yang terbaik
    G                     A          A7
Dan kita mesti relakan kenyataan ini

Kembali ke Reff

D Daug G A 2x
D E/D D G/D 2x

A          G           D 
Menjadi saksi kita berdua ......

my favorite

BUAT AKU TERSENYUM 
 
Intro : G Em G Em
 
           G          Em                 D     D7
Datanglah sayang, dan biarkan ku berbaring
         G    Em                  D     D7      
Di pelukanmu, walaupun ‘tuk sejenak…
         G           Em               D     D7
Usaplah dahiku dan ‘kan kukatakan semua
 
Reff I :
            C               G
Bila ku lelah tetaplah di sini
               Em           D
Jangan tinggalkan aku sendiri
            C                   G
Bila ku marah biarkanku bersandar
              Em                D
Jangan kau pergi untuk menghindar
 
         G          Em               D     D7
Rasakan resahku dan buat aku tersenyum
           G         Em                  D     D7
Dengan canda tawamu, walaupun ‘tuk sekejap…
           G                  Em              D     D7
Kar’na hanya engkaulah yang sanggup redakan aku
 
Reff II :
               C                    G
Kar’na engkaulah satu-satunya untukku
             Em                D
Dan pastikan kita selalu bersama
               C                         G
Kar’na dirimulah yang sanggup mengerti aku
         Em              D       D7
Dalam susah ataupun senang…
 

 C            G                D
Dapatkah engkau s’lalu menjagaku
      C           G                D
Dan mampukah engkau mempertahankanku…

Balik ke Reff I
Coda : Am G Em D C G Em D
       G Em G Em

Jumat, 01 April 2011

ISLAM ITU..???

Islam adalah agama kasih sayang
Islam adalah agama Allah yang dibawa sebagai risalah oleh Nabi Muhammad SAW. Islam pula yang dijadikan Allah sebagai penyempurna dari agama-agama sebelumnya dengan berkitab sucikan Alqur’an sebagai penyempurna pula dari kitab-kitab sebelumnya

“..pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu..” QS Al Maidah 3

Islam hadir dengan segala kesempurnaannya. Dalam Islam, segala sesuatu telah diatur sedemikian rupa mulai dari hal terkecil hingga hal terbesar. Pun mengatur akhlak umatnya mulai dari bagaimana akhlak dengan Allah, dengan Nabi dan Rasul, Kitab suci, antar manusia, bahkan binatang dan tumbuhan pun tak luput dari aturan bagaimana akhlak dengan mereka.

Lalu bagaimana akhlak seorang muslim terhadap non muslim atau orang-orang kafir?

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka..” QS Muhammad 29

Ya…bersikap lemah lembut kepada sesama muslim, tetapi keras (baca : tegas) terhadap orang-orang kafir. Keras disini dimaksudkan kepada mereka yang telah jelas akan membahayakan kehidupan kaum muslimin.

Mungkin selama ini, kita teramat benci kepada orang-orang kafir yang sudah terlalu sering menjatuhkan dan menghina serta menzalimi kaum muslimin. Entah seperti Amerika dan Zionis serta negara-negara lainnya. Namun, apakah semua orang kafir harus kita perlakukan ekstrim? Sedangkan Islam adalah agama kasih sayang, bukan hanya kepada sesama muslim, tetapi juga non muslim. Segaa sesuatu telah diatur oleh Islam agar melakukannya dengan baik, bahkan untuk membunuh pun diperintahkan agar membunuh dengan cara yang baik

“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan” QS Al Maidah 8

Mari sejenak belajar dari keteladanan seorang Panglima hebat dan luar biasa bernama Shalahuddin Al Ayyubi saat memimpin kaum muslimin pada Perang Salib.

Pada tahun 1145-1147 berlangsung Perang Salib II. Namun pada peperangan ini tidak terjadi pertempuran berarti karena ekspedisi perang tentara Eropa yang dipimpin oleh Raja Louis VII dari Perancis gagal mencapai Palestina. Mereka tertahan di Iskandariyah lalu kembali
ke negara asalnya.

Perang besar-besaran baru terjadi sekitar empat dasawarsa berikutnya pada Perang Salib III (1187-1191). Pada masa itu, Kekhalifahan Islam terpecah menjadi dua, yaitu Dinasti Fathimiyah di Kairo (bermazhab Syi'ah) dan Dinasti Seljuk yang berpusat di Turki (bermazhab Sunni). Kondisi ini membuat Shalahuddin Al-Ayyubi, panglima perang Dinasti Fathimiyah, merasa prihatin. Menurutnya, Islam harus bersatu untuk melawan Eropa-Kristen yang juga bahu-membahu.

Shalahuddin berhasil menghimpun pasukan yang terdiri atas para pemuda dari berbagai negeri Islam. Pasukan ini kemudian berhasil mengalahkan Pasukan Salib di Hittin (dekat Acre, kini dikuasai Israel) pada 4 Juli 1187. Pasukan Kristen bahkan akhirnya terdesak dan terkurung di Baitul Maqdis.

Shalahuddin meminta agar semua orang Nasrani Latin (Katolik) meninggalkan Baitul Maqdis. Sementara kalangan Nasrani Ortodoks—bukan bagian dari Tentara Salibtetap dibiarkan tinggal dan beribadah dikawasan itu.

Kemenangan tentara Islam yang dipimpin Shalahuddin membuat marah dunia Kristen. Mereka kemudian mengirimkan pasukan gabungan Eropa yang dipimpin Raja Perancis Phillip Augustus, Kaisar Jerman Frederick Barbarossa dan Raja Inggris Richard "Si Hati Singa" (the Lion Heart).

Pada masa ini pertempuran berlangsung sengit. Pada tahun 1194, Richard yang digambarkan sebagai seorang pahlawan dalam sejarah Inggris, memerintahkan untuk menghukum mati 3000 orang Islam, yang kebanyakan di antaranya wanita-wanita dan anak-anak. Tragedi ini berlangsung di Kastil Acre.

Suatu hari, Richard sakit keras. Mendengar kabar itu, Shalahuddin secara sembunyi-sembunyi berusaha mendatanginya. Ia mengendap-endap ke tenda Richard. Begitu tiba, bukannya membunuh, malah dengan ilmu kedokteran yang hebat Shalahudin mengobati Richard hingga akhirnya sembuh.

Richard terkesan dengan kebesaran hati Shalahuddin. Ia pun menawarkan damai dan berjanji akan menarik mundur pasukan Kristen pulang ke Eropa. Mereka pun menandatangani perjanjian damai (1197). Dalam perjanjian itu, Shalahuddin membebaskan orang Kristen untuk
mengunjungi Palestina, asal mereka datang dengan damai dan tidak membawa senjata. Selama delapan abad berikutnya, Palestina berada dibawah kendali kaum Muslimin.


Sekalipun sang Panglima kaum kafir telah banyak membunuh tentara muslimin, hal itu tak lantas membuat Shalahuddin Al Ayyubi dendam dan berbuat nekat pada Panglima itu. Padahal dalam keadaan yang sakit, Shalahuddin tentu sangat mudah untuk membunuhnya. Tapi ternyata tidak! Shalahuddin malah membantu menyembuhkan sakit sang Panglima dengan ilmu kedokteran yang dimilikinya.

"Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim" QS. Al Mumtahanah 8-9

Ini hanya sedikit penjelasan singkat, akan lebih banyak lagi hal bagaimana seharusnya akhlak kita sebagai umat muslim kepada manusia. Kita boleh benci, tapi jangan melampaui batas. Karena Rasulullah pun berdakwah dan berjuang untuk Dien ini bukan hanya dengan perang, tapi juga akhlak. Dan akhlak itulah yang membuat orang-orang kafir sebenarnya kagum kepada Islam ini. Maka, semoga kita bisa menempatkan diri kita sebagaimana mestinya kala berhadapan dengan orang-orang kafir ini.

wallahualam bish shawab

Referensi :

1> Alqur'an nur karim
2> http://www.mail-archive.com/daarut-tauhiid@yahoogroups.com/msg02982.html

PENTINGNYA UCAPAN SALAM...

Indahnya Salam Dalam Kehidupan Islam

     Kata salam dalam Bahasa Arab mempunyai arti keselamatan, kesejahteraan atau kedamaian. Beberapa hal yang berkenaan dengan salam adalah:
Dalil
1.    Al Qur’an
      Allah SWT berfirman:”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat” (An Nuur [24]: 27).
Allah SWT berfirman:”… Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah-rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada dirimu sendiri. Salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkah lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat (Nya) bagimu, agar kamu memahaminya” (An Nuur [24]: 61).
2.    Hadits
Rasulullah Saw bersabda:”Demi Dia yang diriku berada di tangan-Nya! Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Dan kalian tidak akan beriman hingga kalian saling berkasih-sayang. Maukah kalian saya tunjukkan suatu perkara yang apabila kalian kerjakan, maka akan tumbuh rasa kasih-sayang di antara kalian? Sebarkan salam di antara kalian!” (HR. Muslim).
Rasulullah SAW bersabda:”Wahai manusia! Sebarkanlah salam, berilah makanan, sambunglah tali silaturahmi dan shalatlah ketika manusia lain tengah tertidur; niscaya kamu akan masuk surga dengan selamat sejahtera” (At Tirmidzi).

3.    Sunnah Para Nabi dan Rasul
       Abu Hurairah RA mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda:”Ketika Allah telah menjadikan Adam, maka Allah memerintahkan:”Pergilah kepada para Malaikat dan ucapkan salam kepada mereka yang tengah duduk. Dengarkanlah jawaban salam mereka, karena itu akan menjadi ucapan salam bagi kamu dan anak cucumu kelak!” Maka pergilah Nabi Adam dan mengucapkan:”Asalaamu ‘alaikum!” Para Malaikat menjawab:”Assalaamu ‘alaika warahmatullaah!” Mereka menambah warahmatullaah” (HR. Bukhary dan Muslim).
Al Qur’an menceritakan kisah Ibrahim AS:”(Ingatlah) ketika mereka msuk ke tempatnya lalu mengucapkan:”Salaaman”, Ibrahim menjawab:”Salaamun” …” (Adz Dzaariyaat [51]: 25).
4.    Perilaku Para Shahabat
Thufail Bin Ubay Bin Ka’ab pernah datang ke rumah Abdullah Bin Umar; lalu keduanya pergi ke pasar. Ketika keduanya sampai di pasar, tidaklah Abdullah Bin Umar menemui tukang rombeng, penjual toko, orang miskin dan siapa saja melainkan mesti memberi salam kepada mereka.
Suatu hari, Thufail Bin Ubay Bin Ka’ab datang lagi ke rumah Abdullah Bin Umar, dan diajak lagi ke pasar. Maka Thufail bertanya:”Perlu apa kita ke pasar? Kamu sendiri  bukanlah seorang pedagang dan tidak ada kepentingan menanyakan harga barang atau menawar barang. Lebih baik bila kita duduk bercengkerama di sini”. Abdullah Bin Umar menjawab:”Hai Abu Bathn! Sebenarnya kita pergi ke pasar hanya untuk memasyarakatkan salam. Kita beri salam kepada siapa saja yang kita temui di sana!” (Imam Malik dalam kitab Al Muwatha’ dengan sanad shahih).
Hukum
1.    Mengucapkan Salam
       Hukum mengucapkan salam adalah sunnah yang dikuatkan (sunnah mu’akadah). Rasulullah SAW bersabda:”Jika seseorang di antara kalian berjumpa dengan saudaranya, maka hendaklah memberi salam kepadanya. Jika antara dia dan saudaranya terhalang pepohonan, dinding atau bebatuan; kemudian mereka berjumpa kembali, maka ucapkan salam kepadanya” (HR. Abu Daud).

2.    Menjawab Salam
       Sedangkan hukum menjawab salam adalah wajib. Sebagaimana firman Allah SWT:”Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah yang lebih baik atau balaslah dengan yang serupa. Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu” (An Nisaa’ [4]: 86).

3.    Ucapan Salam
       Ucapan salam yang lengkap adalah “Assalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh” yang artinya “semoga seluruh keselamatan, rahmat dan berkah Allah dilimpahkan kepada kalian”. Ucapan salam ini sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW ketika beliau tengah bersama isterinya, ‘Aisyah RA, beliau bersabda:”Ini Jibril mengucapkan salam kepada kamu”. Maka ‘Aisyah RA menjawab:”Wa ‘alaihissalaam warahmatullaahi wabarakaatuh” (HR. Bukhary dan Muslim).
Idealnya seorang Muslim mengucapkan salam dengan lengkap, tetapi tetap diperkenankan seseorang untuk mengucapkan salam:
a.    Assalaamu ‘alaikum
b.    Assalaamu ‘alaikum warahmatullaah, atau
c.    Assalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh (lengkap)
Semakin lengkap ucapan salam seorang, maka semakin banyak pula keutamaan yang diraihnya. Imran Bin Hushain RA menceritakan tentang seseorang yang mendatangi Rasulullah SAW dan mengucapkan salam:”Assalaamu ‘alaikum!” Rasulullah SAW menjawab salam tersebut, dan kemudian memberikan komentar:”Sepuluh!” Kemudian datang orang lain yang mengucapkan salam:”Assalaamu ‘alaikum warahmatullaah!” Rasulullah SAW menjawab dan kemudian memberikan komentar:”Duapuluh!” Dan datanglah orang ketiga dan mengucapkan salam:”Assalaamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh!” Maka Rasulullah SAW menjawab:”Tigapuluh!” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
Demikianlah, semakin lengkap ucapan salam seseorang, akan semakin banyak pula keutamaan yang dia peroleh.

4.    Ucapan Balasan Salam
       Sedangkan jawaban salam, minimal setara dengan ucapan salam; dan kalau bisa, malah dilebihkan. Allah Ta’ala berfirman:” Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah yang lebih baik atau balaslah dengan yang serupa. Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu” (An Nisaa’ [4]: 86).
Sehingga jawaban salam yang disyari’atkan adalah:
a.    Bila ucapan salam “Assalaamu ‘alaikum” maka jawaban minimal adalah “Wa’alaikumussalaam”, jawaban lebih adalah “Wa’alaikumussalaam warahmatullaah”, dan jawaban lengkapnya adalah “Wa’alaikumussalaam warahmatullaahi wabarakaatuh”.
b.    Bila ucapan salam “Assalaamu ‘alaikum warahmatullaah” maka jawaban minimal adalah “Wa’alaikumussalaam warahmatullaah”, dan jawaban lengkapnya adalah “Wa’alaikumussalaam warahmatullaahi wabarakaatuh”.
c.    Bila ucapan salam “Assalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh” maka jawaban minimal adalah “Wa’alaikumussalaam warahmatullaahi wabarakaatuh”
Adab
Ada beberapa adab yang harus diperhatikan dalam menyebarkan salam, yaitu:
1.    Urutan Salam
Sabda Rasulullah SAW:
a.    Orang yang berkendaraan memberi salam kepada yang berjalan
b.    Orang yang berjalan memberi salam kepada orang yang duduk
c.    Rombongan yang sedikit memberi salam kepada rombongan yang lebih banyak
d.    Yang kecil (muda) memberi salam kepada yang besar (tua)
(HR. Bukhary).
       Itulah urutan salam yang menjadi adab bagi seorang Muslim untuk menyebarkan salam. Sikap dasar seorang Muslim adalah mencoba memaklumi orang lain dan tidak meminta untuk dimaklumi. Urutan salam inipun tidak harus menjadikan kita minta untuk  dimaklumi. Misal orang tua sama sekali tidak mau memberi salam kepada yang lebih muda, dan menuntut supaya anak-anak muda itu yang harus terlebih dahulu mengucapkan salam kepadanya. Sikap tuntutan seperti ini tentu saja berlebih-lebihan. Mestinya seorang Muslim tidak terjebak dengan sikap kekanak-kanakan seperti ini.

2.    Mendahului Salam
       Terlepas dari urutan dalam memberi salam, Rasulullah SAW mengajarkan untuk mendahului dalam memberi salam. Diharapkan kita tidak pasif dalam mengucapkan salam, yaitu sekedar menanti datangnya ucapan salam dari orang lain. Diharapkan pula kita tidak menjadi orang yang suka menuntut orang lain untuk mengucapkan salam duluan. Rasulullah SAW mengajarkan, justru yang memulai salam itulah orang yang lebih mulia.Sabdanya:”Seutama-utama manusia bagi Allah adalah yang mendahului salam (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
Seseorang pernah bertanya kepada Rasulullah SAW:”Ya Rasulullah, jika dua orang bertemu muka, manakah di antara keduanya yang harus terlebih dahulu memberi salam?” Rasulullah SAW menjawab:”Yang lebih dekat kepada Allah (yang berhak terlebih dahulu memberi salam)” (HR. tirmidzi).

3.    Menjawab Setara atau Lebih
       Apabila ada seseorang yang memberi salam kepada kita, maka idealnya kita memberikan jawaban yang sama (setara). Misalkan seseorang mengucapkan salam kepada kita:”Assalaamu ‘alaikum warahmatuulaah!” Minimal kita harus menjawab:”Wa’alaikumussalaam warahmatullaah!”
Lebih utama lagi, apabila kita memberikan jawaban yang lebih daripada ucapan salam tersebut. Misalkan seseorang mengucapkan salam kepada kita:”Assalaamu ‘alaikum warahmatuulaah!” Maka akan lebih baik apabila kita menjawab:”Wa’alaikumussalaam warahmatullaahi wabaraakatuh!”
Hal ini sesuai dengan firman Allah Ta’ala:”Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah yang lebih baik atau balaslah dengan yang serupa. Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu” (An Nisaa’ [4]: 86).
Jawaban salam masih kurang setara apabila kita memberi jawaban:”Wa’alaikum salaam …!” Harusnya, jawaban itu adalah:”Wa ‘alaikumus salaam …!” Perbedaan antara keduanya adalah: salaam dan as salaam. Kata salaam berarti keselamatan, sedangkan kata as salaam memiliki makna seluruh keselamatan. Tentu saja tidak setara antara keselamatan dan seluruh keselamatan. Jawaban ”Wa’alaikum salaam …” mempunyai makna keselamatan atas kalian; sedangkan jawaban “wa ‘alaikumus salaam …” mempunyai makna seluruh keselamatan atas kalian. Tentu saja jawaban ”Wa’alaikum salaam (keselamatan atas kalian)…” tidak setara apabila pemberi salam megucapkan:”Assalaamu ‘alaikum (Seluruh keselamatan atas kalian) …!”

4.    Menjabat Tangan
       Selain mengucapkan salam, akhlaq yang indah (karimah) bagi seorang Muslim ketika bertemu dengan saudaranya adalah menjabat tangannya dengan hangat. Seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW:”Ya Rasulullah, jika seseorang dari kami bertemu dengan saudaranya atau temannya apakah harus menunduk-nunduk?” Jawab Rasulullah SAW:”Tidak!” Tanyanya:”Apakah harus merangkul kemudian menciumnya?” Jawab Rasulullah SAW:”Tidak!” Tanyanya sekali lagi:”Apakah meraih tangannya kemudian menjabatnya?” Jawab Rasulullah SAW:”Ya!” (HR. Muslim).
Selain memiliki nilai kehangatan dan persahabatan (ukhuwwah), jabatan tangan juga akan menghapus dosa di antara kedua Muslim yang melakukannya. Rasulullah SAW bersabda:”Tidaklah dua orang Muslim yang bertemu kemudian berjabat tangan kecuali Allah akan mengampuni dosa keduanya sampai mereka melepaskan jabatan tangannya” (HR. Abu Daud).
Yang tetap perlu diperhatikan hendaklah lelaki tidak berjabat-tangan dengan wanita yang bukan muhrimnya; demikian pula sebaliknya. Meskipun dalam masalah ini, DR. Yusuf Al Qardhawi tidak mengharamkannya secara mutlaq.
5.    Berwajah Manis
       Yang dimaksud berwajah manis adalah penampilan yang menyenangkan serta senyum yang mengembang. Gaya seperti inilah yang diinginkan Rasulullah SAW ketika seorang Muslim bertemu dengan saudaranya. Sabda Rasulullah SAW:”Jangan kalian meremehkan sedikitpun tentang kebaikan, meskipun hanya wajah yang manis saat bertemu dengan saudaramu” (Al Bukhary).
6.    Tidak Memalingkan Wajah
       Memalingkan wajah, apapun alasannya, sulit untuk ditafsirkan lain kecuali sikap meremehkan atau memusuhi. Apabila seorang Muslim berjumpa dengan saudaranya, selain salam dan jabat tangan. hendaklah ditambah dengan menatap wajah saudaranya; tidak malah memalingkan wajah. Nilai ucapan salam dan jabatan tangan menjadi hampa dan hilang ketika seseorang melakukannya sambil memalingkan wajah.
Allah SWT telah mengingatkan masalah ini dengan firman-Nya:”Dan janganlah kamu memalingkan muka kamu dari manusia dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri” (Luqman [31]: 18).
7.    Tidak Membikin Gaduh
       Setiap pembicaraan yang kita lakukan hendaklah secukupnya saja. Maksudnya, tidak dengan suara yang berlebihan, tetapi juga tidak terlalu lemah. Minimal orang yang kita ajak berbicara mampu menangkap suara kita, itu sudah cukup. Demikian pula dalam mengucapkan salam; secukupnya saja.
Al Miqdad RA biasa menyediakan susu bagian Rasulullah SAW. Maka Rasulullah SAW datang pada waktu malam, lalu beliau memberi salam dengan perlahan sehingga tidak membangunkan orang yang tidur, dan cukup didengar oleh mereka yang terjaga. Dan beliau mengucapkan salam sebagaimana biasa beliau mengucapkan salam (HR. Muslim).
8.    Tidak mengucapkan ‘Alaikassalaam
       Ucapan salam yang dilarang oleh Rasulullah SAW adalah ‘alaikassalaam, karena kata ‘alaikassalaam adalah salam untuk orang yang telah meninggal. Abu Juray al Hujaimi datang kepada Rasulullah SAW sambil mengucapkan:”’Alaikassalaam, ya Rasulullah!” Maka Rasulullah SAW berkata:”Jangan berkata ’alaikassalaam karena ‘alaikassalaam itu merupakan salam bagi orang mati” (HR. Abu Daud dan At Tirmidzi).
9.    Salam kepada Lain Jenis
       Laki-laki diperkenankan memberi salam kepada wanita; dan sebaliknya wanita juga diperbolehkan mengucapkan salam kepada laki-laki. Demikianlah yang dilakukan Rasulullah SAW ketika berjalan melalui sekumpulan wanita. Beliau memberi salam kepada mereka (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
Asma’ Binti Jazid menceritakan bahwa ketika Rasulullah SAW berjalan di masjid mendadak melihat rombongan wanita tengah duduk, maka beliau melambaikan tangan dengan mengucapkan salam” (HR. At Tirmidzi).
Sedangkan salam wanita kepada laki-laki digambarkan oleh Ummu Hani’ Binti Abu Thalib RA ketika datang kepada Rasulullah SAW saat Fat-hu Makkah (penaklukan kota Makkah). Saat itu, Rasulullah SAW tengah mandi dan di depan ada Fathimah. Maka Ummu Hani’ memberikan salam kepada Rasulullah SAW (HR. Muslim).
Tentu saja, memberikan salam kepada lawan jenis yang bukan muhrim dilakukan dengan tetap memperhatikan adab-adab pergaulan lawan jenis. Jangan sampai salam dengan lawan jenis justru dijadikan sebagai pengantar mendekati perbuatan zina. Misalkan salam anak-anak muda kepada lawan jenis dengan ragam salam yang tidak tepat. Ada salam sayang, salam mesra, salam rindu dan mungkin ada salam-salam lain yang lebih berbahaya. Padahal salam seperti itu ditujukan kepada lawan jenis yang bukan muhrim bukan pula isteri/suaminya. Salam seperti inilah yang tidak lagi bernilai syar’i.
10.    Salam kepada Orang Non Muslim
       Diharamkan seorang Muslim mendahului mengucapkan salam kepada orang Non Muslim. Rasulullah SAW bersabda:”Jangan kalian mendahului mengucapkan salam kepada orang Yahudi atau Nashrani” (HR. Muslim).
Tetapi apabila forumnya telah berbaur antara orang Muslim dengan Non Muslim, maka diperkenankan kita untuk memulai mengucapkan salam. Demikianlah yang dilakukan Rasulullah SAW ketika melewati suatu majelis yang berbaur antara orang Muslim, musrikin penyembah berhala dan Yahudi. Beliau mengucapkan salam kepada mereka” (HR. Bukhary dan Muslim).
Apabila orang Non Muslim memulai mengucapkan salam, maka jawaban yang diperkenankan oleh syari’at adalah:”Wa ‘alaikum!” (Semoga anda juga). Itu saja, tidak usah diperpanjang lagi. Rasulullah SAW menasihatkan:”Jika orang-orang Ahli Kitab (Non Muslim) memberi salam kepada kamu, maka jawablah:”Wa ‘alaikum” (HR. Bukhary dan Muslim).
11.    Salam kepada Anak-anak
       Salam tidak hanya hak bagi pemuda dan orang tua. Anak-anak pun berhak untuk mendapatkan salam dan membalasnya. Bahkan, kebiasaan menyebarkan salam kepada anak-anak, diharapkan dapat mewarnai akhlaq seseorang ketika menginjak remaja dan dewasa.
Anas Bin Malik RA memberi salam kepada anak-anak ketika dia berjalan di muka mereka. Kemudian Anas berkata:”Dahulu Rasulullah SAW juga berbuat seperti ini (HR. Bukhary dan Muslim).
Maka berilah salam kepada anak-anak sekaligus mengkondisikan mereka dengan akhlaq-akhlaq Islami sejak dini.
12.    Salam jika Masuk Rumah
       Allah SWT memerintahkan kepada Kaum Muslimin untuk meminta ijin dan mengucapkan salam apabila hendak memasuki rumah orang lain. Firman-Nya:”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat” (An Nuur [24]: 27).
Demikian pula jika kita memasuki rumah kita sendiri, baik dalam keadaan ada orangnya atau dalam keadaan kosong. Disyari’atkan supaya kita mengucapkan salam. Allah SWT berfirman:”… Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah-rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada dirimu sendiri. Salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkah lagi baik. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat (Nya) bagimu, agar kamu memahaminya” (An Nuur [24]: 61).
Rasulullah SAW pun juga mengajarkan kepada Anas Bin Malik:”Wahai anak, jika kamu masuk ke dalam rumah keluargamu, hendaknya memberi salam, supaya menjadi berkah untuk kamu dan keluargamu” (HR. at Tirmidzi).
13.    Berkirim Salam
       Sudah menjadi tradisi di kalangan kita untuk saling berkirim salam kepada saudara kita melalui orang lain. Tetapi ada perilaku yang masih canggung bagi kita untuk berkirim salam, yaitu isi salamnya justru seringkali tidak tersampaikan. Maka cara berkirim salam adalah sebagai berikut:
Pertama, untuk pihak pengirim salam mestinya menitipkan salam sekaligus isi salamnya, sebagai mana seseorang yang berkata,”Saya mau nitip surat kepada si Fulan”, maka tentunya dia akan mengambilkan surat tersebut dan diberikan kepada pengirimnya. Maka seorang pengirim surat ketika mengatakan,”Saya titip salam buat si Fulan” dia harusnya menambahkan,”Assalaamu ‘alaihim warahmtullaahi wabarakaatuh”.
Kedua, untuk pihak pembawa salam mestinya menyampaikan salam sekaligus isi salamnya. Sebagaimana Pak Pos yang berkata,”Ada surat buat Bapak” kemudian dia akan menyerahkan surat tersebut kepada orang yang dituju. Demikian pula seorang pembawa salam ketika berkata kepada orang yang dituju,”Kamu dapat salam dari si Fulan” maka salamnya harus disampaikan,”Assalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh”.
Ketiga, pihak penerima salam hendaknya membalas salam dari saudaranya sekaligus isinya. Maka seharusnya ketika dia berkata,”Salam balik, ya” maka dia harusnya menambahkan,”Assalaamu’alaihim warahmatullaahi wabarakaatuh”.
Demikianlah semestinya tata-cara berkirim salam kepada saudaranya melalui orang lain.
Makna Salam
1.    Do’a
       Makna salam adalah do’a seorang Muslim kepada saudaranya seiman. Kata “Assalaamu ‘alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh” mempunyai makna “Semoga seluruh keselamatan, rahmat dan berkah  dianugerahkan Allah kepada kalian”. Nilai do’a dalam kandungan salam ini menjadi salah satu dasar mengapa salam tidak dapat diberikan kepada orang-orang Non Muslim. Karena do’a seorang Muslim kepada Non Muslim akan tertolak, meskipun ditujukan kepada orang-orang yang dekat dalam kehidupannya. Demikian pula Rasulullah SAW tertolak do’anya ketika ditujukan kepada pamannya yang masih kafir, Abu Thalib. Dan Allah mengingatkan dengan firman-Nya:”Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya. Dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk” (Al Qashash [28]: 56).
Do’a seorang Muslim kepada Non Muslim adalah do’a supaya mereka mendapat petunjuk masuk dalam pangkuan Islam. Demikianlah do’a Rasulullah SAW kepada orang Non Muslim:”Ya Allah berilah petunjuk kepada kaumku, karena sesungguhnya mereka orang yang tidak mengerti” (Sirah Nabawiyah, Abul Hasan ali An Nadwi). Atau do’a Rasululah SAW kepada Umar Bin Khaththab ketika masih kafir:”Ya Allah, berilah kemuliaan kepada Islam dengan masuk Islamnya salah satu orang terkasih kepada-Mu, yakni Abu Jahal atau Umar Bin Khaththab”.
Demikian pula sebaliknya. Seorang Non Muslim tidak mungkin mendo’akan seorang Muslim, karena tuhannya tidak sama. Bagaimana mungkin seorang tuan menggaji seseorang yang bukan pegawainya. Sehingga, bila seorang Non Muslim memberi salam kepada kita, cukup kita balas dengan ucapan:”Wa’alaikum (Semoga kamu juga)”, tidak lebih dari itu.
Berkah do’a dari salam itulah yang menjadikan shahabat mengecilkan volume jawaban salam ketika Rasulullah SAW mengucapkan salam kepada penghuni rumahnya. Sampai salam ketiga, barulah mereka menjawab dengan suara keras. Ketika Rasulullah SAW bertanya mengapa hal itu dilakukan oleh mereka, maka dijawab:”Kami ingin mendapatkan do’a dari Rasulullah SAW”.
2.    Dasar Iman dan Ukhuwwah
       Salam merupakan dasar terbentuknya kasih-sayang (ukhuwwah), sedangkan kasih-sayang merupakan salah satu indikasi kedalaman iman. Sehingga dapat disimpulkan bahwa salam merupakan dasar bagi tegaknya iman dan ukhuwwah.
Rasulullah SAW bersabda:”Demi Dia yang diriku berada di tangan-Nya! Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Dan kalian tidak akan beriman hingga kalian saling berkasih-sayang. Maukah kalian saya tunjukkan suatu perkara yang apabila kalian kerjakan, maka akan tumbuh rasa kasih-sayang di antara kalian? Sebarkan salam di antara kalian!” (HR. Muslim).
3.    Syi’ar Universal
       Sangat keliru anggapan sebagian orang yang mengatakan bahwa salam adalah budaya Arab, sehingga diusulkan supaya diganti dengan sapaan lokal atau nasional setempat. Sebelum kedatangan Islam, orang-orang Arab tidak mengenal salam seperti yang kita fahami sekarang. Bila mereka menyapa, mereka akan mengatakan:”Shabahan Nuur (Selamat pagi)” atau “Masaa’an Nuur (Selamat malam)” dan kemudian akan dijawab “Shabahal Khair” atau “Masaa’al Khair”.
Setelah kedatangan Islam, sapaan ala Arab itu tidak hilang begitu saja. Sapaan itu tetap menjadi sapaan khas dalam Bahasa Arab. Sedangkan sapaan sesuai syari’at Islam adalah:”Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi wabarakaatuh” menjadi tradisi bagi Kaum Muslimin. Sehingga bagi orang Arab yang Non Muslim tidak memakai salam sebagai sapaan mereka.
Maka sangat keliru mereka yang beranggapan bahwa salam adalah sapaan budaya Arab. Meskipun salam memakai Bahasa Arab. Yang benar adalah salam merupakan sapaan khas Islam yang sesuai dengan syari’at dan berpahala apabila mengerjakannya. Sekaligus salam merupakan sapaan yang bersifat universal bagi seluruh Kaum Muslimin sedunia. Dia semacam kode etik pergaulan antara sesama Muslim. Siapapun dia, berada di manapun, dan kapanpun jua; maka salam adalah sapaan pemersatu Kaum Muslimin di seluruh dunia. Itulah syi’ar di antara syi’ar-syi’ar agama Allah yang harus kita agungkan.
“…Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati” (Al Hajj [22]: 32).
Demikianlah salam dalam kehidupan seorang Muslim. Tidak ada manfaatnya salam, apabila kita tidak mengamalkannya dalam praktek kehidupan sehari-hari. Dan dengan salam, semoga saja kita masuk surga dengan selamat.Amiin
Maraji’
1.    Hasan Ayyub, Assulukul Ijtima’I
2.    Imam An-Nawawi, Riyadhus shalihn
3.    Sayyid Sabiq, Fiqhus sunnah

 Izin kutip : Akhlaq (permata )

CERITA KEHIDUPAN...

Lelaki Yang Gemar Membaca Al-Qur’an

      Di saat aku berada di ruang mayat, seorang pemuda datang dengan tergopoh-gopoh. Ia berkata, “Ya Doktor Khalid ,semoga Allah memberimu keba-ikan- ayahku sedang sekarat, coba anda talqinkan ke-padanya dua kalimat syahadat.” Aku katakan, “Saya rasa kalian anak-anaknya lebih berhak mentalqinnya dari padaku dan lebih memiliki rasa iba lebih dalam dari padaku semoga Allah memberkahi kalian.” Pemuda itu terus mendesakku dan ia katakan bahwa ini sudah kesepakatan dan keinginan semua saudara-saudara-nya.
      Kemudian aku pergi bersamanya, lantas apa yang aku lihat? Seorang laki-laki sedang terbujur kaku, detak jantungnya lemah, paru-parunya terhenti dan dalam keadaan tidak sadar. Dia sedang sekarat. Tekanan da-rahnya sangat rendah, demikian pula denyut nadinya. Aku katakan, “Ya fulan… ucapkan Asyhadu alla ilaha illallah.” Lalu ia mengangkat jarinya seraya mengucapkan syahadat.
Anehnya, ketika ia mengucapkan syahadat ter-sebut tekanan darahnya naik dari 130 sampai dengan 140 dan denyut jantungnya naik dari 100 sampai dengan 110, sampai-sampai seorang perawat merasa terkejut, cemas dan kagum dengan apa yang terjadi. Aku selalu mengingatkan perawat tersebut tentang kejadian tadi. Aku katakan ini adalah hujah atasmu… dan akan menjadi hujjahmu jika kamu masuk ke dalam Islam.
Kemudian lelaki tersebut menoleh ke anak-anaknya yang shalih dan merupakan contoh anak-anak yang berbakti dan menjaga ayahnya. Mereka bergantian menjaga sang ayah malam dan siang dengan membagi enam hari sesuai dengan jumlah mereka –semoga Allah memberi mereka taufik dan memperbaiki keadaan si anak.
Aku katakan kepada mereka, “Bacakanlah al-Qur’an untuknya!” lalu mereka melaksanakannya –semoga Allah memberi mereka kebaikan-. Demikianlah kon-disi si ayah selama tiga hari dengan tekanan darah 130-140 dan anak-anak terus membacakan al-Qur’an untuknya pagi dan malam. Lalu si ayah pun meninggal.
Aku tanyakan kepada anak-anaknya, “Apakah ayah kalian gemar membaca al-Qur’an?” Mereka jawab bahwa ia mengkhatamkan al-Qur’an seminggu sekali dan terkadang lebih dari sekali. Semoga Allah merah-matinya dan mengumpulkan kita semua di kampung yang mulia (surga). Dalam sebuah riwayat shahih dari Abu Mush’ab (semoga Allah memberi husnul khatimah kepadanya, kepada orang tuanya dan kepada kaum muslim) bahwa ia berkata,
“Ahlul Qur’an adalah Ahlullah dan orang-orang pilihan-Nya.”


(SUMBER: Serial Kisah Teladan, Muhammad Shalih al-Qahthani seperti yang dinukil dari Qashash wa ‘Ibar karya Doktor Khalid al-Jabir, penerbit DARUL HAQ, telp. 021-4701616)


Aroma Kasturi Keluar Dari Hidung Jenazah Wanita Saat Dimandikan

Ummu Ahmad ad-Du’aijy berkata ketika ia ditemui Majalah Yamamah tentang kematian seorang gadis berusia 20 tahun pada kecelakaan kendaraan. Beberapa saat sebelum meninggal, ia pernah ditanya oleh familinya “Bagaimana keadaanmu wahai fulanah.?” Ia menjawab, “Baik, alhamdulillah.” Tetapi beberapa saat setelah itu ia meninggal dunia. Semoga Allah merahmatinya.
Mereka membawanya ke tempat memandikan mayat. Ketika kami meletakkan mayatnya di atas kayu pemandian untuk dimandikan, kami melihat wajahnya ceria dan tersimpul senyuman seakan-akan ia sedang tidur. Di tubuhnya tidak ada cacat, patah dan luka. Dan anehnya (sebagaimana yang dikatakan ummu Ahmad) ketika mereka hendak mengangkatnya untuk menyelesaikan mandinya, keluar benda berwarna putih yang memenuhi ruangan tersebut menjadi harum kasturi. Subhanallah! Benar ini adalah bau kasturi. Kami bertakbir dan berdzikir kepada Allah sehingga anakku yang merupakan sahabat si mayit menangis melihatnya.
Kemudian aku bertanya kepada bibi si mayit tentang keponakannya, bagaimana keadaannya semasa hidup? Ia menjawab, “Sejak mendekati usia baligh, ia tidak pernah meninggalkan sebuah kewajiban, tidak pernah melihat film, sinetron dan musik. Sejak usia tiga belas tahun, ia sudah mulai puasa senin-kamis dan ia pernah berniat secara sosial membantu memandikan mayat. Tetapi ia terlebih dahulu dimandikan sebelum ia memandikan orang lain. Para guru dan teman-temannya mengenang ketakwaannya, akhlaknya dan pergaulannya yang banyak berpengaruh terhadap teman-temannya baik ketika masih hidup maupun setelah meninggal.”
Aku katakan, “Benarlah perkataan syair,
Detak jantung seseorang berkata kepadanya,
bahwa kehidupan hanya beberapa menit dan detik saja.
Camkanlah itu dalam dirimu sebelum engkau mati,
Seorang insan mengingat umurnya yang hanya sedetik.”
Dan perkataan yang lebih baik dari itu adalah firman Allah SWT,
“Dan Allah telah menjadikanku selalu berbakti di manapun aku berada.” (Maryam: 31).
Lalu ummu Ahmad melanjutkan ceritanya, Ada lagi jenazah seorang gadis yang berumur 17 tahun. Para wanita memandikannya dan kami melihat jasadnya berwarna putih lalu beberapa saat kemudian berubah menjadi hitam seperti kegelapan malam. Hanya Allah-lah yang mengetahui tentang keadaannya. Kami tidak sanggup bertanya kepada keluarganya, agar kami dapat menyembunyikan aib jenazah. Hanya Allah-lah yang Maha Tahu.
Kita bermohon kepada Allah keselamatan dan kesehatan.
Wahai saudariku apakah dua kisah ini dapat engkau jadikan sebagai pelajaran? Apakah engkau akan mengikuti jejak orang shalih ataukah engkau menjadikan wanita-wanita fasik dan durhaka sebagai tauladan? Kematian bagaimanakah yang engkau pilih?


Kisah ini dicantumkan dalam Majalah al-Yamamah edisi 1557 tanggal 14 Shafar 1320 H.
(SUMBER: SERIAL KISAH TELADAN karya Muhammad bin Shalih al-Qahthani)

FILSAFAT...???

FILSAFAT MANUSIA

Hello my True Visitors ...
1. Tinjauan kefilsafatan tentang manusia
Menurut tinjauan kefilsafatan manusia adalah makhluk yang bertanya, dalam hal ini manusia sebagai makhluk yang mempertanyakan dirinya sendiri dan keberadaannya. Dalam hal ini manusia mulai tahu keberadaannya dan menyadari bahwa dirinya adalah penanya.
Apabila ditinjau dari segi dayanya, maka jelaslah manusia memiliki dua macam daya. Disatu pihak manusia memiliki daya untuk mengenal dunia rohani, yang nous, suatu daya intuitip, yang kerena kerjasama dengan akal menjadikan manusia dapat memikirkan serta membicarakan hal-hal yang rohani. Di lain pihak manusia memiliki daya pengamatan (aisthesis), yang karena pengamatan yang langsung yang disertai dengan daya penggambaran atau penggagasan menjadikan manusia memiliki pengetahuan yang berdasarkan pengamatan.
Manusia terdiri dari jiwa dan tubuh, yang keduanya dapat berdiri sendiri-sendiri. Jiwa berada dalam tubuh seperti terkurung dalam penjara dan hanya kematian yang dapat melepaskan belenggu tersebut.
Tujuan kefilsafatan manusia diatas menitik beratkan pada dayanya, manusia sebagai idea, yaitu sebagai manusia yang tak bertubuh. Telah ada kekal sejak logos, jiwa dibedakan antara jiwa sebagai kekuatan hidup (psuke) dan jiwa sebagai kekuatan akali (nous, dianoia, psuke logike). Jiwa sebagai kekuatan hidup berada dalam darah dan tidak dapat binasa. Jiwa yang besifat akali ayau nous lebih tinggi tingkatannya karena merupakan jiwa yang bersifat ilahi. Sebelum manusia dilahirkan jiwa ini sudah ada jiwa ini tidak dapat binasa. Ia memasuki tubuh dari luar. Di dalam tubuh jiwa itu dipenjara. Karena itu hidup di dunia ini adalah kejahatan. Kematian merupakan wujud suatu kebebasan, dimana manusia orang dibangkitkan kepada hidup yang sejati dan kepada kebebasan.
Berdasarkan pandangan di atas tujuan hidup manusia ialah menjadi sama dengan ALLAH. Adapun yang menuju kepada ALLAH itu melalui pengetahuan. Supaya orang dapat mendapat pengetahuan diperlukan logos, sebab logos merupakan sumber segala pengetahuan. Agar manusia dapat menerima daya kerja logos ia harus menjauhkan diri dari dunia dan dari segala nafsu.
Kebajikan diungkapkan dalam tiga tingkatan, yaitu :
A) Aphateia (tiada perasaan) di man orang melepaskan diri dari segala hawa nafsu dan dari segala yang bersifat badani
B) Kebijaksanaan, adalah suatu karunia Ilahi, yang diarahkan kepada yang susila atau kesalahan
C) Ekstase, yaitu menenggelamkan diri kedalam yang ilahi.
Pemikiran Philo besar sekali pengaruhnya terhadap pemikiran filsafat berikutnya terutama yang menyangkut masalah manusia. Hal ini dapat dilihat dalam pemikiran Plotinos yang menegaskan bahwa tujuan hidup manusia adalah dipersatukannya kembali manusia dengan “yang Ilahi“. Menurut Plotinos jalan kembali manusia terdiri dari tiga tahap, yaitu melakukan kebajikan umum, berfilsafat dan mistik. Di dalam diri Plotinus pemikiran Yunani sampai kepada ajaran tentang mistik.
Philo maupun Plotinus telah meletakkan dasar-dasar pemikiran tentang manusia secara kefilsafatan yang berdampingan daengan pandangan agama (theology).
2. Manusia Dalam Multi Dimensi
Menurut Fichte manusia secara prinsipil adalah makhluk yang bersifat moral yang di dalamnya mengandung suatu usaha. Di sinilah manusia perlu menerima dunia di luar dirinya. Sikap seperti ini dapat menjadikan manusia menyadari dirinya sendiri dan usaha untuk membatasi dirinya sendiri dari masyarakat luas.
Hakikat pemikiran para filsuf tentang manusia pada umumnya mengacau kepada hakikat manusia itu sendiri. Menurut Kierkegaard, pertama-tama yang penting bagi manusia adalah keadaannya sendiri atau eksistensinya sendiri. Akan tetapi eksistensi manusia bukanlah suatu “ada” melainkan suatu “menjadi”, yang mengandung di dalamnya suatu perpindahan, yaitu perpindahan dari “kemungkinan” ke “kenyataan”. Eksistensi manusia adalah suatu eksistensi yang dipilih dalam kebebasan.
Demikianlah jelas, bahwa bereksistensi berarti : Berani mengambil keputusan yang menentukan hidup. Tiap eksistensi memiliki cirinya sendiri yang khas. Kierkegaard membedakan adanya 3 bentuk eksistensi, yaitu : bentuk esteti, bentuk etis dan bentuk religius.
3. Beberapa Paham Tentang Manusia
Pandangan tentang manusia di dalam pemikiran filsafat berkisar pada empat kelompok besar, yaitu :
a. Materialisme
b. Idealisme
c. Rasionalisme
d. Irrasionalisme
Materialisme telah diawali sejak filsafat Yunani yakni sejak munculnya filsuf alam Yunani, kemudian kaum Stoa dan Epikurisme. Paham ini mulai memuncak pada abad ke-19 di Eropa. Materialisme ekstrim memandang bahwa manusia terdiri dari materi belaka.
Seorang tokoh filsafat alam (Anaximandros) memberikan pandangan tentang manusia. Anaximandros mengatakan tidak mungkin manusia pertama timbul dari air dalam rupa anak bayi. Anaximandros beranggapan bahwa manusia-manusia pertama tubuh di dalam badan seekor ikan, kemudian bilamana manusia-manusia pertama mampu memelihara hidupnya sendiri, mereka dilemparkan di atas daratan. Ia mendasari anggapannya atas observasi (walaupun tidak tepat) pada seekor ikan hiu (gaelus levis) di laut Yunani.
Pandangan Lemettrie (1709-1751) sebagai pelopor materialisme menyebutkan bahwa manusia tidak lain adalah binatang, binatang tak berjiwa, material belaka, jadi manusia pun material belaka. Kesimpulannya : bahan bergerak sendiri, adapun yang disebut orang sebagai pikiran itupun merupakan sifat material, terutama kerja atau tindakan otak. Dalam gerak-geriknya manusia itu sungguh-sungguh seperti mesin. Materialisme ini dalam antropologia disebut materialisme ekstrim, karena aliran ini mengingkari kerohanian dalam bentuk apapun juga, malahan mengingkari adanya pendorong hidup.
Kebalikan dari meterialisme adalah idealisme. Dalam pandangan ini semuanya membedakan manusia dari binatang ; bukanlah manusia itu material belaka. Meskipun diakui juga, bahwa manusia ada samanya juga dengan binatang jadi manusia pun mempunyai kebinatangan tetapi dalam pada itu adalah bedanya yang mengkhususkan dia, yang sama sekali melainkan dia dari binatang. Kelainan ini bukanlah perbedaan tingkatan saja, melainkan mengenai jenisnya istimewa: kemanusiaannya.
Dalam idealisme terdapat beberapa corak, yaitu : idealisme etis, idealisme estetik ; dan idealisme hegel.
Adapun paham rasionalisme dan irrasionalisme bukanlah paham yang saling bertentangan seperti paham materalisme dan idealisme. Pelopor rasionalisme adalah Rene Descartes yang menyatakan bahwa manusia terdiri dari jasmaninya dengan keluasannya (extensio) serta budidan kesadarannya. Sedangkan yang dimaksud dengan pandangan manusia yang irrasionalistis ialah pandangan-pandangan :
a. Yang mengingkari adanya rasio;
b. Yang kurang menggunakan rasio walaupun tidak mengingkarinya
c. Terutama pandangan yang mencoba mendekati manusia dari lain pihak serta, kalau dapat dari keseluruhan pribadinya.
Teranglah bahwa penggolongan filsafat manusia dalam rasionalisme-irrasionalisme bukanlah penggolongannya yang lain sekali dari penggolongan : idealisme-materialisme : ini hanya pandangan dari sudut lain. Dengan demikian semua aliran materialisme harus dimasukkan kedalam aliran irrasionalisme.


CINTA SEJATI ITU....???

Cinta Sejati Dalam Islam

Makna ‘Cinta Sejati’ terus dicari dan digali. Manusia dari zaman ke zaman seakan tidak pernah bosan membicarakannya. Sebenarnya? apa itu ‘Cinta Sejati’ dan bagaimana pandangan Islam terhadapnya?

Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga terlimpahkan kepada nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Masyarakat di belahan bumi manapun saat ini sedang diusik oleh mitos ‘Cinta Sejati‘, dan dibuai oleh impian ‘Cinta Suci’. Karenanya, rame-rame, mereka mempersiapkan diri untuk merayakan hari cinta “Valentine’s Day”.
Pada kesempatan ini, saya tidak ingin mengajak saudara menelusuri sejarah dan kronologi adanya peringatan ini. Dan tidak juga ingin membicarakan hukum mengikuti perayaan hari ini. Karena saya yakin, anda telah banyak mendengar dan membaca tentang itu semua. Hanya saja, saya ingin mengajak saudara untuk sedikit menyelami: apa itu cinta? Adakah cinta sejati dan cinta suci? Dan cinta model apa yang selama ini menghiasi hati anda?
Seorang peneliti dari Researchers at National Autonomous University of Mexico mengungkapkan hasil risetnya yang begitu mengejutkan. Menurutnya: Sebuah hubungan cinta pasti akan menemui titik jenuh, bukan hanya karena faktor bosan semata, tapi karena kandungan zat kimia di otak yang mengaktifkan rasa cinta itu telah habis. Rasa tergila-gila dan cinta pada seseorang tidak akan bertahan lebih dari 4 tahun. Jika telah berumur 4 tahun, cinta sirna, dan yang tersisa hanya dorongan seks, bukan cinta yang murni lagi.
Menurutnya, rasa tergila-gila muncul pada awal jatuh cinta disebabkan oleh aktivasi dan pengeluaran komponen kimia spesifik di otak, berupa hormon dopamin, endorfin, feromon, oxytocin, neuropinephrine yang membuat seseorang merasa bahagia, berbunga-bunga dan berseri-seri. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, dan terpaan badai tanggung jawab dan dinamika kehidupan efek hormon-hormon itu berkurang lalu menghilang. (sumber: www.detik.com Rabu, 09/12/2009 17:45 WIB).
Wah, gimana tuh nasib cinta yang selama ini anda dambakan dari pasangan anda? Dan bagaimana nasib cinta anda kepada pasangan anda? Jangan-jangan sudah lenyap dan terkubur jauh-jauh hari.
Anda ingin sengsara karena tidak lagi merasakan indahnya cinta pasangan anda dan tidak lagi menikmati lembutnya buaian cinta kepadanya? Ataukah anda ingin tetap merasakan betapa indahnya cinta pasangan anda dan juga betapa bahagianya mencintai pasangan anda?
Saudaraku, bila anda mencintai pasangan anda karena kecantikan atau ketampanannya, maka saat ini saya yakin anggapan bahwa ia adalah orang tercantik dan tertampan, telah luntur.
Bila dahulu rasa cinta anda kepadanya tumbuh karena ia adalah orang yang kaya, maka saya yakin saat ini, kekayaannya tidak lagi spektakuler di mata anda.
Bila rasa cinta anda bersemi karena ia adalah orang yang berkedudukan tinggi dan terpandang di masyarakat, maka saat ini kedudukan itu tidak lagi berkilau secerah yang dahulu menyilaukan pandangan anda.
Saudaraku! bila anda terlanjur terbelenggu cinta kepada seseorang, padahal ia bukan suami atau istri anda, ada baiknya bila anda menguji kadar cinta anda. Kenalilah sejauh mana kesucian dan ketulusan cinta anda kepadanya. Coba anda duduk sejenak, membayangkan kekasih anda dalam keadaan ompong peyot, pakaiannya compang-camping sedang duduk di rumah gubuk yang reot. Akankah rasa cinta anda masih menggemuruh sedahsyat yang anda rasakan saat ini?
Para ulama’ sejarah mengisahkan, pada suatu hari Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhu bepergian ke Syam untuk berniaga. Di tengah jalan, ia melihat seorang wanita berbadan semampai, cantik nan rupawan bernama Laila bintu Al Judi. Tanpa diduga dan dikira, panah asmara Laila melesat dan menghujam hati Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhu. Maka sejak hari itu, Abdurrahman radhiallahu ‘anhu mabok kepayang karenanya, tak kuasa menahan badai asmara kepada Laila bintu Al Judi. Sehingga Abdurrahman radhiallahu ‘anhu sering kali merangkaikan bair-bait syair, untuk mengungkapkan jeritan hatinya. Berikut di antara bait-bait syair yang pernah ia rangkai:
Aku senantiasa teringat Laila yang berada di seberang negeri Samawah
Duhai, apa urusan Laila bintu Al Judi dengan diriku?
Hatiku senantiasa diselimuti oleh bayang-bayang sang wanita
Paras wajahnya slalu membayangi mataku dan menghuni batinku.
Duhai, kapankah aku dapat berjumpa dengannya,
Semoga bersama kafilah haji, ia datang dan akupun bertemu.
Karena begitu sering ia menyebut nama Laila, sampai-sampai Khalifah Umar bin Al Khattab radhiallahu ‘anhu merasa iba kepadanya. Sehingga tatkala beliau mengutus pasukan perang untuk menundukkan negeri Syam, ia berpesan kepada panglima perangnya: bila Laila bintu Al Judi termasuk salah satu tawanan perangmu (sehingga menjadi budak), maka berikanlah kepada Abdurrahman radhiallahu ‘anhu. Dan subhanallah, taqdir Allah setelah kaum muslimin berhasil menguasai negeri Syam, didapatkan Laila termasuk salah satu tawanan perang. Maka impian Abdurrahmanpun segera terwujud. Mematuhi pesan Khalifah Umar radhiallahu ‘anhu, maka Laila yang telah menjadi tawanan perangpun segera diberikan kepada Abdurrahman radhiallahu ‘anhu.
Anda bisa bayangkan, betapa girangnya Abdurrahman, pucuk cinta ulam tiba, impiannya benar-benar kesampaian. Begitu cintanya Abdurrahman radhiallahu ‘anhu kepada Laila, sampai-sampai ia melupakan istri-istrinya yang lain. Merasa tidak mendapatkan perlakuan yang sewajarnya, maka istri-istrinya yang lainpun mengadukan perilaku Abdurrahman kepada ‘Aisyah istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang merupakan saudari kandungnya.
Menyikapi teguran saudarinya, Abdurrahman berkata: “Tidakkah engkau saksikan betapa indah giginya, yang bagaikan biji delima?”
Akan tetapi tidak begitu lama Laila mengobati asmara Abdurrahman, ia ditimpa penyakit yang menyebabkan bibirnya “memble” (jatuh, sehingga giginya selalu nampak). Sejak itulah, cinta Abdurrahman luntur dan bahkan sirna. Bila dahulu ia sampai melupakan istri-istrinya yang lain, maka sekarang iapun bersikap ekstrim. Abdurrahman tidak lagi sudi memandang Laila dan selalu bersikap kasar kepadanya. Tak kuasa menerima perlakuan ini, Lailapun mengadukan sikap suaminya ini kepada ‘Aisyah radhiallahu ‘anha. Mendapat pengaduan Laila ini, maka ‘Aisyahpun segera menegur saudaranya dengan berkata:
يا عبد الرحمن لقد أحببت ليلى وأفرطت، وأبغضتها فأفرطت، فإما أن تنصفها، وإما أن تجهزها إلى أهلها، فجهزها إلى أهلها.
“Wahai Abdurrahman, dahulu engkau mencintai Laila dan berlebihan dalam mencintainya. Sekarang engkau membencinya dan berlebihan dalam membencinya. Sekarang, hendaknya engkau pilih: Engkau berlaku adil kepadanya atau engkau mengembalikannya kepada keluarganya. Karena didesak oleh saudarinya demikian, maka akhirnya Abdurrahmanpun memulangkan Laila kepada keluarganya. (Tarikh Damaskus oleh Ibnu ‘Asakir 35/34 & Tahzibul Kamal oleh Al Mizzi 16/559)
Bagaimana saudaraku! Anda ingin merasakan betapa pahitnya nasib yang dialami oleh Laila bintu Al Judi? Ataukah anda mengimpikan nasib serupa dengan yang dialami oleh Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhu?(1)
Tidak heran bila nenek moyang anda telah mewanti-wanti anda agar senantiasa waspada dari kenyataan ini. Mereka mengungkapkan fakta ini dalam ungkapan yang cukup unik: Rumput tetangga terlihat lebih hijau dibanding rumput sendiri.
Anda penasaran ingin tahu, mengapa kenyataan ini bisa terjadi?
Temukan rahasianya pada sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini:
الْمَرْأَةُ عَوْرَةٌ فَإِذَا خَرَجَتِ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ. رواه الترمذي وغيره
“Wanita itu adalah aurat (harus ditutupi), bila ia ia keluar dari rumahnya, maka setan akan mengesankannya begitu cantik (di mata lelaki yang bukan mahramnya).” (Riwayat At Tirmizy dan lainnya)
Orang-orang Arab mengungkapkan fenomena ini dengan berkata:
كُلُّ مَمْنُوعٍ مَرْغُوبٌ
Setiap yang terlarang itu menarik (memikat).
Dahulu, tatkala hubungan antara anda dengannya terlarang dalam agama, maka setan berusaha sekuat tenaga untuk mengaburkan pandangan dan akal sehat anda, sehingga anda hanyut oleh badai asmara. Karena anda hanyut dalam badai asmara haram, maka mata anda menjadi buta dan telinga anda menjadi tuli, sehingga andapun bersemboyan: Cinta itu buta. Dalam pepatah arab dinyatakan:
حُبُّكَ الشَّيْءَ يُعْمِي وَيُصِمُّ
Cintamu kepada sesuatu, menjadikanmu buta dan tuli.
Akan tetapi setelah hubungan antara anda berdua telah halal, maka spontan setan menyibak tabirnya, dan berbalik arah. Setan tidak lagi membentangkan tabir di mata anda, setan malah berusaha membendung badai asmara yang telah menggelora dalam jiwa anda. Saat itulah, anda mulai menemukan jati diri pasangan anda seperti apa adanya. Saat itu anda mulai menyadari bahwa hubungan dengan pasangan anda tidak hanya sebatas urusan paras wajah, kedudukan sosial, harta benda. Anda mulai menyadari bahwa hubungan suami-istri ternyata lebih luas dari sekedar paras wajah atau kedudukan dan harta kekayaan. Terlebih lagi, setan telah berbalik arah, dan berusaha sekuat tenaga untuk memisahkan antara anda berdua dengan perceraian:
فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ. البقرة 102
“Maka mereka mempelajari dari Harut dan Marut (nama dua setan) itu apa yang dengannya mereka dapat menceraikan (memisahkan) antara seorang (suami) dari istrinya.” (Qs. Al Baqarah: 102)
Mungkin anda bertanya, lalu bagaimana saya harus bersikap?
Bersikaplah sewajarnya dan senantiasa gunakan nalar sehat dan hati nurani anda. Dengan demikian, tabir asmara tidak menjadikan pandangan anda kabur dan anda tidak mudah hanyut oleh bualan dusta dan janji-janji palsu.
Mungkin anda kembali bertanya: Bila demikian adanya, siapakah yang sebenarnya layak untuk mendapatkan cinta suci saya? Kepada siapakah saya harus menambatkan tali cinta saya?
Simaklah jawabannya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا ، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ. متفق عليه
“Biasanya, seorang wanita itu dinikahi karena empat alasan: karena harta kekayaannya, kedudukannya, kecantikannya dan karena agamanya. Hendaknya engkau menikahi wanita yang taat beragama, niscaya engkau akan bahagia dan beruntung.” (Muttafaqun ‘alaih)
Dan pada hadits lain beliau bersabda:
إِذَا خَطَبَ إِلَيْكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ فَزَوِّجُوهُ إِلاَّ تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِى الأَرْضِ وَفَسَادٌ عَرِيضٌ. رواه الترمذي وغيره.
“Bila ada seorang yang agama dan akhlaqnya telah engkau sukai, datang kepadamu melamar, maka terimalah lamarannya. Bila tidak, niscaya akan terjadi kekacauan dan kerusakan besar di muka bumi.” (Riwayat At Tirmizy dan lainnya)
Cinta yang tumbuh karena iman, amal sholeh, dan akhlaq yang mulia, akan senantiasa bersemi. Tidak akan lekang karena sinar matahari, dan tidak pula luntur karena hujan, dan tidak akan putus walaupun ajal telah menjemput.
الأَخِلاَّء يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلاَّ الْمُتَّقِينَ. الزخرف 67
“Orang-orang yang (semasa di dunia) saling mencintai pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa.” (Qs. Az Zukhruf: 67)
Saudaraku! Cintailah kekasihmu karena iman, amal sholeh serta akhlaqnya, agar cintamu abadi. Tidakkah anda mendambakan cinta yang senantiasa menghiasi dirimu walaupun anda telah masuk ke dalam alam kubur dan kelak dibangkitkan di hari kiamat? Tidakkah anda mengharapkan agar kekasihmu senantiasa setia dan mencintaimu walaupun engkau telah tua renta dan bahkan telah menghuni liang lahat?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ. متفق عليه
“Tiga hal, bila ketiganya ada pada diri seseorang, niscaya ia merasakan betapa manisnya iman: Bila Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dibanding selain dari keduanya, ia mencintai seseorang, tidaklah ia mencintainya kecuali karena Allah, dan ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkan dirinya, bagaikan kebenciannya bila hendak diceburkan ke dalam kobaran api.” (Muttafaqun ‘alaih)
Saudaraku! hanya cinta yang bersemi karena iman dan akhlaq yang mulialah yang suci dan sejati. Cinta ini akan abadi, tak lekang diterpa angin atau sinar matahari, dan tidak pula luntur karena guyuran air hujan.
Yahya bin Mu’az berkata: “Cinta karena Allah tidak akan bertambah hanya karena orang yang engkau cintai berbuat baik kepadamu, dan tidak akan berkurang karena ia berlaku kasar kepadamu.” Yang demikian itu karena cinta anda tumbuh bersemi karena adanya iman, amal sholeh dan akhlaq mulia, sehingga bila iman orang yang anda cintai tidak bertambah, maka cinta andapun tidak akan bertambah. Dan sebaliknya, bila iman orang yang anda cintai berkurang, maka cinta andapun turut berkurang. Anda cinta kepadanya bukan karena materi, pangkat kedudukan atau wajah yang rupawan, akan tetapi karena ia beriman dan berakhlaq mulia. Inilah cinta suci yang abadi saudaraku.
Saudaraku! setelah anda membaca tulisan sederhana ini, perkenankan saya bertanya: Benarkah cinta anda suci? Benarkah cinta anda adalah cinta sejati? Buktikan saudaraku…
Wallahu a’alam bisshowab, mohon maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan atau menyinggung perasaan.
***
Ustadz Muhammad Arifin Badri, M.A.
Dipublikasi ulang dari www.pengusahamuslim.com

PACARAN?????

Hukum Pacaran Menurut Islam

Posted by: arulalmy on: 29 Juli 2009


Janganlah kamu sekalian mendekati perzinahan, karena zina itu adalah perbuatan yang keji…” (QS. Al-Isra : 32).
Istilah pacaran yang dilakukan oleh anak-anak muda sekarang ini tidak ada dalam Islam. Yang ada dalam Islam ada yang disebut “Khitbah” atau masa tunangan. Masa tunangan ini adalah masa perkenalan, sehingga kalau misalnya setelah khitbah putus, tidak akan mempunyai dampak seperti kalau putus setelah nikah. Dalam masa pertunangan keduanya boleh bertemu dan berbincang-bincang di tempat yang aman, maksudnya ada orang ketiga meskipun tidak terlalu dekat duduknya dengan mereka.
Kalau dilihat dari hukum Islam, pacaran yang dilakukan oleh anak-anak sekarang adalah haram. Mengapa haram?
Karena pacaran itu akan membawa kepada perzinahan dimana zina adalah termasuk dosa besar, dan perbuatan yang sangat dibenci oleh Allah. Oleh karena itu ayatnya berbunyi sebagaimana yang dikutip di awal tulisan ini. Ayat tersebut tidak mengatakan jangan berzina, tetapi jangan mendekati zina, mengapa demikian ? Karena biasanya orang yang berzina itu tidak langsung, tetapi melalui tahapan-tahapan seperti : saling memandang, berkenalan, bercumbu kemudian baru berbuat zina yang terkutuk itu.
PENCEGAHAN
Dalam hukum Islam umumnya, manakala sesuatu itu diharamkan, maka segala sesuatu yang berhubungan dengan yang diharamkan itu diharamkan juga. Misalnya minum arak, bukan hanya minumnya yang diharamkan, tapi juga yang memproduksinya, yang menjualnya, yang membelinya, yang duduk bersama orang yang minum tersebut juga diharamkan.
Demikian juga halnya dengan masalah zina. Oleh karena itu maka syariat Islam memberikan tuntunan pencegahan dari perbuatan zina, karena Allah Maha Tahu tentang kelemahan manusia.
Berikut ini adalah pencegahan agar kita tidak terjerumus ke dalam perzinahan :
  1. Dilarang laki dan perempuan yang bukan mahram untuk berdua-duaan. Nabi Saw bersabda : “Apabila laki-laki dan perempuan yang bukan mahram berdua-duaan, maka yang ketiga adalah setan.” Setan juga pernah mengatakan kepada Nabi Musa AS bahwa apabila laki dan perempuan berdua-duaan maka aku akan menjadi utusan keduanya untuk menggoda mereka. Ini termasuk juga kakak ipar atau adik perempuan ipar.
  2. Harus menjaga mata atau pandangan, sebab mata itu kuncinya hati. Dan pandangan itu pengutus fitnah yang sering membawa kepada perbuatan zina. Oleh karena itu Allah berfirman : “Katakanlah kepada laki-laki mukmin hendaklah mereka memalingkan pandangan mereka (dari yang haram) dan menjaga kehormatan mereka dan katakanlah kepada kaum wanita hendaklah mereka meredupkan mata mereka dari yang haram dan menjaga kehormatan mereka (An-Nur : 30-31).
  3. Diwajibkan kepada kaum wanita untuk menjaga aurat mereka, dan dilarang mereka untuk memakai pakaian yang mempertontonkan bentuk tubuhnya, kecuali untuk suaminya. Dalam hadits dikatakan bahwa wanita yang keluar rumah dengan berpakaian yang mempertontonkan bentuk tubuhnya, memakai minyak wangi baunya semerbak, memakai make up dan sebagainya, setiap langkahnya dikutuk oleh para malaikat, dan setiap laki-laki yang memandangnya sama dengan berzina dengannya. Di hari kiamat nanti perempuan seperti itu tidak akan mencium baunya surga (apalagi masuk surga).
  4. Dengan ancaman bagi yang berpacaran atau berbuat zina. Misalnya Nabi bersabda : “lebih baik memegang besi yang panas daripada memegang atau meraba perempuan yang bukan istrinya (kalau ia tahu akan berat siksaannya). Dalam hadits yang lain : “Barangsiapa yang minum (minuman keras) atau berzina, maka Allah akan melepas imannya dalam hatinya, seperti seseorang melepaskan peci dari kepalanya (artinya kalau yang sedang berzina itu meninggal ketika berzina, ia tidak sempat bertobat lagi, maka dia meninggal sebagai orang kafir yang akan kekal di neraka).
Oleh karena itu Syekh Sharwi menggambarkan : seandainya ada seorang wanita cantik yang sudah hampir telanjang di sebuah kamar, kemudian ditawarkan kepada seorang pemuda … “Maukah kamu saya kasihkan perempuan itu untuk kamu semalam suntuk, tapi besok pagi saya akan masukan kamu ke kamar yang sebelahnya, yang penuh dengan api, apakah mungkin anak muda itu akan mau untuk menikmati tubuh wanita semalam suntuk kemudian digodok keesokan harinya dalam api?
Nah ketika kita tergoda untuk berbuat zina atau minum, coba bayangkan kalau kita meninggal ketika itu, bagaimana nasib kita? Tiada dosa yang lebih besar setelah syirik kepada Allah daripada meneteskan air mani dalam suatu tempat (kehormatan) yang tidak halal baginya. Neraka Jahannam mempunyai “Tujuh pintu gerbang” (QS. Al-Hijr : 44), dan pintu gerbang yang paling panas, dahsyat, seram, keji, dan bau adalah diperuntukan bagi orang-orang yang suka berzina setelah dia tahu bahwa zina itu haram.
Sebagaimana kita yakini sebagai seorang muslim bahwa segala sesuatu yang diharamkan oleh Allah, mesti mempunyai dampak yang negatif di masyarakat. Kita lihat saja di Amerika Serikat, bagaimana akibat karena adanya apa yang disebut dengan free sex, timbul berbagai penyakit. Banyak anak-anak yang terlantar, anak yang tidak mengenal ayahnya, sehingga timbul komplikasi jiwa dan sebagainya. Oleh karena itu, jalan keluar bagi para pemuda yang tidak kuat menahannya adalah :
  1. Menikah, supaya bisa menjaga mata dan kehormatan.
  2. Kalau belum siap menikah, banyaklah berpuasa dan berolahraga
  3. Jauhkan mata dan telinga dari segala sesuatu yang akan membangkitkan syahwat
  4. Dekatkan diri dengan Allah, dengan banyak membaca Al-Qur’an dan merenungkan artinya. Banyak berzikir, membaca shalawat, shalat berjamaah di Masjid, menghadiri pengajian-pengajian dan berteman dengan orang-orang yang shaleh yang akan selalu mengingatkan kita kepada jalan yang lurus.
  5. Dan ingat bahwa Allah telah menjanjikan kepada para anak muda yang sabar menahan pacaran dan zina yaitu dengan bidadari, yang kalau satu diantaranya menampakkan wajahnya ke alam dunia ini, setiap laki-laki yang memandangnya pasti akan jatuh pingsan karena kecantikannya. Coba anda bayangkan saja siapa menurut anda wanita yang paling cantik di alam dunia ini, maka pastilah bidadari itu entah berapa juta kali lebih cantik dari wanita yang anda bayangkan itu.
(diadaptasi dari majalah Perkawinan dan Keluarga)

KEISTIMEWAAN PUASA DAUD....

AddThis Social Bookmark Button
Cetak PDF
Puasa DaudSegala puji bagi Allah, shalawat dan salam kepada Nabi-Nya. Dalam postingan-postingan sebelumnya, kami telah menyinggung mengenai beberapa puasa sunnah, juga membahas keutamaannya. Pada kesempatan kali ini, kami akan menyajikan materi puasa lainnya yaitu mengenai puasa Daud. Puasa Daud adalah melakukan puasa sehari, dan keesokan harinya tidak berpuasa. Semoga bermanfaat. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ أَحَبَّ الصِّيَامِ إِلَى اللَّهِ صِيَامُ دَاوُدَ وَأَحَبَّ الصَّلاَةِ إِلَى اللَّهِ صَلاَةُ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ كَانَ يَنَامُ نِصْفَ اللَّيْلِ وَيَقُومُ ثُلُثَهُ وَيَنَامُ سُدُسَهُ وَكَانَ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا
Puasa yang paling disukai di sisi Allah adalah puasa Daud, dan shalat yang paling disukai Allah adalah Shalat Nabi Daud. Beliau biasa tidur di pertengahan malam dan bangun pada sepertiga malam terakhir dan beliau tidur lagi pada seperenam  malam terakhir. Sedangkan beliau biasa berpuasa sehari dan buka sehari.”[1]
Faedah hadits:
1. Hadits ini menerangkan keutamaan puasa Daud yaitu berpuasa sehari dan berbuka (tidak berpuasa) keesokan harinya. Inilah puasa yang paling dicintai di sisi Allah dan tidak ada lagi puasa yang lebih baik dari itu.
2. Di antara faedah puasa Daud adalah menunaikan hak Allah dengan melakukan ketaatan kepada-Nya dan menunaikan hak badan yaitu dengan mengistirahatkannya (dari makan).
3. Ibadah begitu banyak ragamnya, begitu pula dengan kewajiban yang mesti ditunaikan seorang hamba begitu banyak. Jika seseorang berpuasa setiap hari tanpa henti, maka pasti ia akan meninggalkan beberapa kewajiban. Sehingga dengan menunaikan puasa Daud (sehari berpuasa, sehari tidak), seseorang akan lebih memperhatikan kewajiban-kewajibannya dan ia dapat meletakkan sesuatu sesuai dengan porsi yang benar.
4. Abdullah bin 'Amr sangat semangat melakukan ketaatan. Ia ingin melaksanakan puasa setiap hari tanpa henti, begitu pula ia ingin shalat malam semalam suntuk. Karena ini, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam melarangnya. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memberi solusi padanya dengan yang lebih baik. Untuk puasa beliau sarankan padanya untuk berpuasa tiga hari setiap bulannya. Namun Abdullah bin 'Amr ngotot ingin mengerjakan lebih dari itu. Lalu beliau beri solusi agar berpuasa sehari dan tidak berpuasa keesokan harinya. Lalu tidak ada lagi yang lebih afdhol dari itu. Begitu pula dengan shalat malam, Nabi shallallallahu 'alaihi wa sallam memberi petunjuk seperti shalat Nabi Daud. Nabi Daud ‘alaihis salam biasa tidur di pertengahan malam pertama hingga sepertiga malam terakhir. Lalu beliau bangun dan mengerjakan shalat hingga seperenam malam terkahir. Setelah itu beliau tidur kembali untuk mengistirahatkan badannya supaya semangat melaksanakan shalat Fajr, berdzikir dan beristigfar di waktu sahur.
5. Berlebih-lebihan hingga melampaui batas dari keadilan dan pertengahan dalam beramal ketika beribadah termasuk bentuk ghuluw (berlebih-lebihan) yang tercela. Hal ini dikarenakan menyelisihi petunjuk Nabawi dan juga dapat melalaikan dari berbagai kewajiban lainnya. Hal ini dapat menyebabkan seseorang malas, kurang semangat dan lemas ketika melaksanakan ibadah lainnya. Ingatlah, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
6. Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Puasa Daud sebaiknya hanya dilakukan oleh orang yang mampu dan tidak merasa sulit ketika melakukannya. Jangan sampai ia melakukan puasa ini sampai membuatnya meninggalkan amalan yang disyari’atkan lainnya. Begitu pula jangan sampai puasa ini membuatnya terhalangi untuk belajar ilmu agama. Karena ingat di samping puasa ini masih ada ibadah lainnya yang mesti dilakukan. Jika banyak melakukan puasa malah membuat jadi lemas, maka sudah sepantasnya tidak memperbanyak puasa. ... Wallahul Muwaffiq.”[2]
7. Tidak mengapa jika puasa Daud bertepatan pada hari Jumat atau hari Sabtu karena ketika yang diniatkan adalah melakukan puasa Daud dan bukan melakukan puasa hari Jumat atau hari Sabtu secara khusus.

Referensi:

Faedah ilmu ketika safar, 13 Rabi'ul Akhir 1431 H (29/03/2010), Via BB.
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel http://rumaysho.com

SHOLAT HAJAT....

KEISTIMEWAAN SHOLAT HAJAT

Setiap manusia memiliki kebutuhan dan keinginan, bahkan bisa dikatakan keinginan tersebut selalu ada dan tidak terbatas. Dari mulai keinginan yang dibutuhkan menyangkut dirinya sampai kepada keinginan yang dibutuhkan menyangkut sebuah negara.

Bagi yang beriman, segala kebutuhan, cita-cita, harapan, dan keinginan tersebut, tidak serta merta selalu ditempuh melalui jalan usaha secara praktis belaka. Akan tetapi, ia akan terlebih dahulu mengadukannya kepada Allah SWT, sebab Dia adalah Dzat Yang Mahakaya, yang memiliki langit, bumi, dan seluruh alam semesta, Dzat Yang tidak bakhil dalam memberi kepada yang memohon dan meminta kepada-Nya.

Oleh karena itu, Rasulullah saw setiap kali menghadapi kesulitan beliau selalu mengadukannya kepada Allah SWT melalui shalat. Mengadu dan memohon kepada Tuhan yang tidak pernah sekali pun berada dalam lemah dan miskin. Kenapa? Karena shalat adalah jalan keluar bagi mereka yang memiliki kesulitan dan kebutuhan, juga sebagai media dimana seorang hamba mengadukan segala persoalan hidup yang dihadapinya. Di dalam Al-Qur`an, Allah SWT berfirman,

"Dan mintalah pertolongan kepada Tuhanmu dengan melaksanakan shalat dan dengan sikap sabar." (QS Al-Baqarah [2]: 45)

Shalat hajat, ditetapkan atau disyariatkan yang secara khusus dikaitkan kepada ibadah bagi yang sedang memiliki kebutuhan atau permasalahan. Dan tentunya, ini lebih spesifik dibandingkan dengan shalat-shalat lain dan memiliki suatu keistimewaan sendiri dari Allah dan Rasulullah saw.

Selain itu, shalat hajat merupakan suatu cara paling tepat dalam mengadukan permasalahan yang sedang dihadapi oleh seorang muslim.

Shalat hajat merupakan salah satu jenis shalat yang disyariatkan di dalam Islam. Dasar hukum shalat hajat terdapat di dalam hadits Rasulullah saw. Para sahabat, ulama salaf, dan para shalihin biasa melakukan shalat hajat, terutama ketika mereka memiliki suatu kebutuhan, baik dalam situasi mendesak maupun dalam situasi biasa. Dari beberapa keterangan yang terdapat di kitab-kitab, baik ulama salaf maupun khalaf (kontemporer), shalat ini telah banyak membuktikan keampuhan atau terkabulnya seluruh permohonan dari kebutuhan yang mereka pinta kepada Allah, sebagaimana yang terdapat pada buku ini.

Shalat hajat juga merupakan bagian dari keringanan dan rahmat dari Allah SWT bagi hamba-Nya. Pada praktiknya shalat hajat ini sangat mudah dan bisa dilakukan pada siang hari atau malam, tidak seperti pada shalat-shalat lainnya secara umum. Misalnya, shalat dhuha hanya bisa dilakukan pada saat matahari terbit sampai datangnya waktu zuhur, atau shalat tahajud yang hanya bisa dilakukan pada malam hari.

Sebagai pembuktian atas kebenaran sabda Rasulullah terhadap shalat hajat, tidak terhitung banyaknya orang yang telah mendapatkan keajaiban dan terkabulnya permintaan atau hajat mereka. Bahkan, ada yang mendapatkan keajaiban dengan diturunkan malaikat kepadanya untuk membantu menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya, sebagaimana yang terdapat di dalam bab "Bukti Dan Kisah Nyata Orang-Orang Mendapatkan Keajaiban Shalat Hajat"

"Barangsiapa yang mempunyai kebutuhan (hajat) kepada Allah atau salah seorang manusia dari anak-cucu Adam, maka wudhulah dengan sebaik-baik wudhu. Kemudian shalat dua rakaat (shalat Hajat)...."
(HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)

"Seorang laki-laki menempuh perjalanan dari Yaman. Di tengah perjalanan keledainya mati, lalu dia mengambil wudhu kemudian shalat dua rakaat (shalat hajat).... Maka, keledai itu bangun seketika (hidup kembali), lalu mengibaskan kedua telinganya."
(HR Baihaqi)

"Ada seorang yang buta matanya menemui Nabi saw, lalu ia mengatakan, "Sesungguhnya saya mendapatkan musibah pada mata saya, maka berdoalah kepada Allah (untuk) kesembuhanku." Maka Nabi saw bersabda, "Pergilah, lalu berwudhu, kemudian shalatlah dua rakaat (shalat hajat). Setelah itu, berdoalah...." Dalam waktu yang singkat, laki-laki itu terlihat kembali seperti ia tidak pernah buta matanya." Kemudian Rasulullah saw bersabda, "Jika kamu memiliki kebutuhan (hajat), maka lakukanlah seperti itu (shalat hajat)."
(HR Tirmidzi)
“Barangsiapa yang mempunyai kebutuhan (hajat) kepada Allah atau salah seorang manusia dari anak-cucu Adam, maka wudhulah dengan sebaik-baik wudhu. Kemudian shalat dua rakaat (shalat Hajat)....”
 (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)

“Seorang laki-laki menempuh perjalanan dari Yaman. Di tengah perjalanan keledainya mati, lalu dia mengambil wudhu kemudian shalat dua rakaat (shalat hajat).... Maka, keledai itu bangun seketika (hidup kembali), lalu mengibaskan kedua telinganya.”
(HR Baihaqi)

“Ada seorang yang buta matanya menemui Nabi saw, lalu ia mengatakan, “Sesungguhnya saya mendapatkan musibah pada mata saya, maka berdoalah kepada Allah (untuk) kesembuhanku.” Maka Nabi saw bersabda, “Pergilah, lalu berwudhu, kemudian shalatlah dua rakaat (shalat hajat). Setelah itu, berdoalah....” Dalam waktu yang singkat, laki-laki itu terlihat kembali seperti ia tidak pernah buta matanya.” Kemudian Rasulullah saw bersabda, “Jika kamu memiliki kebutuhan (hajat), maka lakukanlah seperti itu (shalat hajat).”
(HR Tirmidzi)

Setiap manusia memiliki kebutuhan dan keinginan, bahkan bisa dikatakan keinginan tersebut selalu ada dan tidak terbatas. Dari mulai keinginan yang dibutuhkan menyangkut dirinya sampai kepada keinginan yang dibutuhkan menyangkut sebuah negara. Bagi yang beriman, segala kebutuhan, cita-cita, harapan, dan keinginan tersebut, tidak serta merta selalu ditempuh melalui jalan usaha secara praktis belaka. Akan tetapi, ia akan terlebih dahulu mengadukannya kepada Allah SWT, sebab Dia adalah Dzat Yang Mahakaya, yang memiliki langit, bumi, dan seluruh alam semesta, Dzat Yang tidak bakhil dalam memberi kepada yang memohon dan meminta kepada-Nya.

Oleh karena itu, Rasulullah saw setiap kali menghadapi kesulitan beliau selalu mengadukannya kepada Allah SWT melalui shalat. Mengadu dan memohon kepada Tuhan yang tidak pernah sekali pun berada dalam lemah dan miskin. Kenapa? Karena shalat adalah jalan keluar bagi mereka yang memiliki kesulitan dan kebutuhan, juga sebagai media dimana seorang hamba mengadukan segala persoalan hidup yang dihadapinya. Di dalam Al-Qur`an, Allah SWT berfirman,

“Dan mintalah pertolongan kepada Tuhanmu dengan melaksanakan shalat dan dengan sikap sabar.” (QS Al-Baqarah [2]: 45)

Shalat hajat, ditetapkan atau disyariatkan yang secara khusus dikaitkan kepada ibadah bagi yang sedang memiliki kebutuhan atau permasalahan. Dan tentunya, ini lebih spesifik dibandingkan dengan shalat-shalat lain dan memiliki suatu keistimewaan sendiri dari Allah dan Rasulullah saw.

Selain itu, shalat hajat merupakan suatu cara paling tepat dalam mengadukan permasalahan yang sedang dihadapi oleh seorang muslim.

Shalat hajat merupakan salah satu jenis shalat yang disyariatkan di dalam Islam. Dasar hukum shalat hajat terdapat di dalam hadits Rasulullah saw. Para sahabat, ulama salaf, dan para shalihin biasa melakukan shalat hajat, terutama ketika mereka memiliki suatu kebutuhan, baik dalam situasi mendesak maupun dalam situasi biasa. Dari beberapa keterangan yang terdapat di kitab-kitab, baik ulama salaf maupun khalaf (kontemporer), shalat ini telah banyak membuktikan keampuhan atau terkabulnya seluruh permohonan dari kebutuhan yang mereka pinta kepada Allah, sebagaimana yang terdapat pada buku ini.

Shalat hajat juga merupakan bagian dari keringanan dan rahmat dari Allah SWT bagi hamba-Nya. Pada praktiknya shalat hajat ini sangat mudah dan bisa dilakukan pada siang hari atau malam, tidak seperti pada shalat-shalat lainnya secara umum. Misalnya, shalat dhuha hanya bisa dilakukan pada saat matahari terbit sampai datangnya waktu zuhur, atau shalat tahajud yang hanya bisa dilakukan pada malam hari.

Sebagai pembuktian atas kebenaran sabda Rasulullah terhadap shalat hajat, tidak terhitung banyaknya orang yang telah mendapatkan keajaiban dan terkabulnya permintaan atau hajat mereka. Bahkan, ada yang mendapatkan keajaiban dengan diturunkan malaikat kepadanya untuk membantu menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya, sebagaimana yang terdapat di dalam bab “Bukti Dan Kisah Nyata Orang-Orang Mendapatkan Keajaiban Shalat Hajat”

Untuk menambah kesempurnaan, buku ini juga dilengkapi tata cara shalat hajat dan doa-doa mustajab.

Bacalah buku ini, amalkan, sebab semua orang memiliki kebutuhan. Setelah itu, kita akan merasakannya sendiri manfaatnya.

============================

Salah Satu Bukti Keajaiban Shalat Hajat

Dalam buku ini, disebutkan kisah-kisah nyata dari bukti keajaiban shalat hajat. Salah satunya sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut: Yakni seseorang yang buta matanya, setelah ia melaksanakan shalat hajat, matanya sembuh kembali seperti sedia kala.

Dari Utsman bin Hunaif bahwa ada seorang yang buta matanya menemui Nabi, lalu ia mengatakan, “Sesungguhnya saya mendapatkan musibah pada mata saya, maka berdoalah kepada Allah (untuk) kesembuhanku.” Maka Nabi saw bersabda, “Pergilah, lalu berwudhu, kemudian shalatlah dua rakaat. Setelah itu, berdoalah (dengan mengucapkan): ALLAHUMMA INNI AS`ALUKA, WA ATAWAJAHU ILAIKA BINABIYYI MUHAMMADIN NABIYIR ROHMATI, YAA MUHAMMAD INNI ASTASYFA’U BIKA ‘ALA ROBBI, FII RODDI BASHORI (Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu, dan aku menghadap kepada-Mu atas [perintah] Nabiku, Muhammad sebagai Nabi rahmat, wahai Muhammad, sesungguhnya saya meminta syafa’at kepada Tuhan-ku dengan dirimu agar Dia mengembalikan penglihatanku).”

Utsman bin Hunaif berkata, “Dalam waktu yang singkat, laki-laki itu terlihat kembali seperti ia tidak pernah buta matanya.” Kemudian Rasulullah saw bersabda, “Jika kamu memiliki kebutuhan, maka lakukanlah seperti itu (shalat Hajat).” (HR Tirmidzi)

Buku ini mengupas tentang shalat hajat, baik dari sisi keutamaan, rahasia, maupun tata caranya. Mudah-mudahan sangat bermanfaat bagi mereka yang ingin mengadukan seluruh kebutuhan atau hajatnya kepada Allah secara komunikatif. Selain itu, mudah-mudahan juga sangat membantu mereka yang ingin mencari jalan keluar dari kesulitan dan permasalahan yang sedang dihadapi.

Sumber: http://www.qultummedia.com